ASPIRASI rupanya kata suci dan berjimat sehingga sangat dihormati Dewan Perwakilan Rakyat. Demi aspirasi, tidak ada yang tidak bisa. Maka, harap dimaklumi bahwa anggota DPR sekarang ternyata berhati mulia karena mampu melahirkan proyek aspirasi rakyat dari waktu ke waktu.
Rakyat rupanya telah keliru menilai wakil mereka selama ini. Mereka dianggap malas dan manipulatif. Ternyata salah karena mereka rupanya sangat rajin dan piawai memperjuangkan aspirasi.
Setelah selesai memperjuangkan dana aspirasi per daerah pemilihan Rp15 miliar per tahun per orang, para wakil kita di DPR memperlihatkan kembali kemuliaan hati dan jiwa mereka memperjuangkan lagi dana aspirasi berikutnya. Namanya rumah aspirasi.
Rakyat diminta memahami bahwa di DPR serbabutuh duit. Ongkos aspirasi adalah tugas mulia yang harus dibiayai APBN.
Untuk rumah aspirasi saja dibutuhkan Rp200 juta per anggota per tahun. Totalnya Rp112 miliar per tahun. Itu melengkapi dana aspirasi berbasis dapil yang mengeruk kantong negara lebih dari Rp6 triliun.
Atas nama aspirasi juga setiap anggota dewan telah menerima tunjangan komunikasi intensif sekitar Rp14 juta per bulan dan dana penyerapan aspirasi Rp8 juta setiap reses. Setiap tahun DPR enam kali reses. Artinya, setiap anggota dewan sudah mendapat Rp217 juta per tahun.
Namun, rakyat harus memahami bahwa jumlah itu terlampau sedikit karena kerja DPR berat dan melelahkan. Mereka harus menyerap aspirasi ke daerah pemilihan, menemui konstituen, melakukan kunjungan kerja, dan menjamu tamu di tempat terang maupun remang. Semua itu butuh duit.
Lantaran rajin berkunjung ke pelosok dan naik turun bukit, anggota dewan yang kelelahan butuh tunjangan pijat. Namanya pijat aspirasi.
Selama berkunjung ke daerah pemilihan yang terpencil, anggota dewan pasti kurang merawat diri. Kulit mereka akan kasar dan kemerahan karena digigit nyamuk. Wajah mereka akan awut-awutan. Kumis, jenggot, dan rambut tidak terurus. Karena itu, kepada anggota dewan yang terhormat diberi tunjangan salon dan lulur. Namanya salon aspirasi.
Tentu saja itu tidak cukup. Agar telinga lebih jelas mendengarkan suara rakyat dan hidung lebih jeli mengendus, perlu ada dana pembersihan kuping dan bulu-bulu hidung. Sebut saja bulu aspirasi.
Jika dulu usul pembelian laptop ditolak, kini perlu dipertimbangkan kembali untuk dipenuhi. Anggota dewan sudah piawai main laptop, gemar memperbarui status di Facebook, maka alat itu menjadi sangat vital. Negara perlu mengadakan itu bagi setiap anggota dewan dan bila perlu, dilengkapi dengan BlackBerry. Namanya mungkin BB aspirasi.
Publik selama ini salah mengira ketika melihat banyak kursi kosong di ruang rapat paripurna. Ternyata anggota dewan mangkir rapat karena sedang berada di daerah pemilihan menemui konstituen. Jadi, mereka bukan bolos atau malas. Penilaian itu menyesatkan.
Karena itu, perlu diadakan fasilitas rapat jarak jauh agar Sidang Paripurna DPR dilakukan melalui telekonferensi. Anggota dewan akan mengikuti rapat paripurna dari daerah pemilihan masing-masing. Dengan demikian, Gedung DPR tidak dibutuhkan lagi. Dicari, pengusaha dari parpol yang hendak meruilslag Gedung DPR.
Jika semua tunjangan itu diadakan untuk memenuhi nafsu anggota dewan, jangan-jangan sekitar 70% APBN akan tersedot untuk membiayai DPR. Jangan-jangan pula itu yang dimaui anggota DPR. Namany
Senin, 02 Agustus 2010
Nafsu Aspirasi Anggota DPR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
bagi semua yang sudah membaca,harap memberi komentar apa adanya,demi menambah motivasi agar bisa menampilkan artikel yang lebih bermanfaat lagi...