Welcome to my blog...blog ini dibuat sekedar untuk mengisi waktu dan Menyalurkan hobby saya yang suka berlama-lama depan komputer.

Selasa, 10 Februari 2009

@Diare Pada Anak

. Selasa, 10 Februari 2009

Diare / Mencret :
Tidak Boleh Disepelekan Dokter Atau Orang Tua
Diare adalah salah satu penyebab kematian terbanyak

Seorang Ibu muda mengeluhkan pola buang air besar bayinya yang baru berusia 7 hari. Selama satu hari, katanya, putranya sudah 6 kali buang air besar dan fesesnya cenderung berair. Ibu muda itu sangat mencemaskan hal tersebut.

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak

Gambar 1. Diare salah satu penyebab kematian terbanyak pada anak


Benarkah anak menderita diare ?


Diare berarti meningkatnya frekuensi buang air biasa melampaui kebiasaannya atau perubahan feses bayi menjadi cair atau lebih lunak daripada biasanya. Bayi yang berusia kurang dari satu bulan biasanya sering buang air besar. Frekuensi buang air besar sehari bisa mencapai 5-7 kali dan hal itu masih dikatakan normal pada bayi pada usia bulan pertamanya. Karena itu, apa yang dikeluhkan oleh Ibu muda tadi sebenarnya hal yang normal, bukan diare dan bukan hal yang harus dicemaskan. Namun, apabila bayi mengalami perubahan yang sangat menonjol dalam pola buang air besarnya, baik frekuensi maupun keenceran fesesnya, maka sangat mungkin memang bayi tersebut menderita diare dan tentu saja harus dikonsultasikan ke dokter anak. Diare pada bayi muda umumnya adalah pertanda adanya infeksi yang berbahaya.

Dengan bertambahnya umur, maka frekuensi buang air besar pada bayi akan semakin berkurang. Demikian pula kepadatan fesesnya akan meningkat (lebih padat). Pada anak yang lebih besar, feses akan berbentuk dan frekuensinya umumnya 1 sampai 3 kali sehari. Apabila frekuensi buang air besar meningkat atau feses anak menjadi lebih encer daripada biasanya maka anak disebut menderita diare.

Antara kewaspadaan dan kepanikan

Diare harus diwaspadai, karena ia adalah penyakit yang berbahaya, namun tentu saja kekhawatiran tidak sama dengan kepanikan. Agar tidak kehilangan kewaspadaan tetapi juga tidak jatuh pada kepanikan yang tak proporsional, orang tua perlu mengenal dengan baik apa pengertian diare dan juga tanda bahaya dari penyakit ini. Pada bagian selanjutnya tulisan ini akan dipaparkan beberapa ancaman bahaya yang perlu dikenal orang tua dengan baik.

Tanda Bahaya Umum

Tanda bahaya umum yang harus diwaspadai pada anak dengan diare adalah :
1.Tidak sadar : karena dehidrasi berat atau infeksi intrakranial (ensefalitis atau meningitis)
2.Kejang : karena gangguan keseimbangan elektrolit berat, misalnya hipernatremia atau infeksi intrakranial
3.Memuntahkan semuanya : dapat menyebabkan dehidrasi atau pemberatan dehidrasi

Gambar 2 : Menawarkan minuman (Sumber : ICATT)




Keterangan gambar 2: Anak yang mengalami penurunan kesadaran tidak merespons jika ditawari minum. Bandingkan dengan anak tak dehidrasi (minum wajar) dan anak dengan dehidrasi tak berat (minum lahap)

Gambar 3. Menuntahkan semuanya (Sumber ICATT)


Keterangan : Anak yang memuntahkan semua yang diberikan harus dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan rawat inap karena sangat berisiko untuk mengalami dehidrasi atau memperburuk derajad dehidrasinya.

Dehidrasi, ancaman bahaya yang paling umum
Anak yang mengalami diare berarti potensial kehilangan cairan tubuhnya dan elektrolit yang ikut terbawa bersama kehilangan cairan tersebut. Elektrolit adalah garam-garam yang sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas semua proses normal di dalam tubuh. Kekurangan atau kekurangan elektrolit tertentu akan mengganggu proses-proses normal dalam tubuh. Karenanya kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang cukup besar adalah hal yang berbahaya, yang disebut dengan dehidrasi.

Dalam banyak hal, ancaman bahaya yang paling penting pada anak diare adalah dehidrasi, karena dehidrasi dapat menimbulkan syok hipovolumik, gangguan metabolisme akibat darahnya menjadi terlalu asam (asidosis), gangguan lain akibat kekurangan garam kalium misalnya, atau bahkan dapat terjadi kejang jika anak mengalami kelebihan garam natrium.

Dehidrasi dapat terjadi pada anak yang mengalami diare jika selama diare anak tidak minum cukup banyak untuk menggantikan cairan yang keluar. Apalagi jika diare disertai dengan muntah, sehingga anak mengalami kesulitan minum atau takut untuk minum. Banyaknya cairan yang keluar harus diganti dengan asupan cairan yang banyak juga. Keseimbangan harus dijaga, karenanya pertolongan pertama pada setiap anak yang menderita diare adalah minum yang banyak. Jangan lupa pula, karena kehilangan cairan dalam diare selalu disertai dengan kehilangan elektrolit, maka anak juga perlu mendapat penggantian elektrolit yang hilang. Oralit dengan berbagai merek merupakan cairan rehidrasi atau pencegah dehidrasi yang terbaik dan telah tersedia di apotek maupun took obat. Cairan elektrolit juga tersedia dalam kemasan botol, namun jangan dikelirukan dengan minuman elektrolit yang diproduksi sebagai minuman olahraga. Anak yang belum mengalami dehidrasi boleh mengganti oralit dengan banyak minum, meningkatkan minum ASI atau memperbanyak kuah sop.

Apabila anak mengalami kesulitan minum oralit, pada keadaan tertentu akan dibantu dengan selang atau pipa nasogastrik (NGT), jadi oralit langsung dimasukkan ke dalam lambung. Usaha ini dimaksudkan untuk mengatasi dehidrasi tak berat (dehidrasi ringan – sedang) agar anak tidak jatuh kedalam dehidrasi berat. Apabila pemberian cairan rehidrasi melalui pipa nasogastrik tidak berhasil atau anak muntah terus, maka infus menjadi pilihan cara untuk melakukan rehidrasi.

Diare pada bayi muda selalu dianggap berbahaya


Diare pada bayi yang berusia 0-2 bulan selalu dianggap berbahaya, terutama jika terjadi pada empat minggu pertama kehidupan. Diare pada usia ini seringkali merupakan pertanda adanya infeksi yang berat. Kalaupun tidak, dehidrasi yang terjadi pada kelompok usia ini lebih berbahaya bila dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Karenanya, orang tua perlu mengenali pola buang air besar normal pada bayi dan juga selalu waspada apabila bayi muda menderita diare.

Diare dengan feses bercampur darah


Feses yang bercampur bercak darah merupakan tanda klinis adanya disenteri. Umumnya disebabkan oleh bakteri shigela, namun dapat juga disebabkan oleh amoeba. Disenteri memerlukan antibiotika atau anti amoeba, sedangkan diare lain umumnya tidak memerlukan pemberian obat-obat ini. Disenteri yang tidak mendapat antibiotika mungkin akan menjadi berkepanjangan. Apabila melampaui 2 minggu, diare ini akan disebut dengan diare persisten. Diare yang berkepanjangan akan menyebabkan masalah nutrisi pada anak, karena anak menjadi malas makan dan juga dapat menyebabkan penyerapan sari makanan kurang baik. Akibatnya, anak dapat menderita gizi kurang dan bukan tidak mungkin akan jatuh ke dalam gizi buruk.

Seorang anak yang mengalami gizi kurang atau atau gzi buruk cenderung untuk mengalami infeksi dan sebaliknya infeksi yang berulang pada seorang anak akan mengganggu nutrisinya. Inilah lingkaran setan antara masalah gizi dan infeksi pada anak. Lingkaran setan ini harus diputuskan dengan pengobatan diare secara tepat dan penanganan nuturisi yang memadai. Pengenalan diare yang disebabkan oleh infeksi dan penanganannya harus menjadi perhatian bersama dokter dan orang tua.

Adanya darah dalam feses anak seringkali kurang dikenali oleh orang tua, karena jumlah darah biasanya tidak cukup banyak, mungkin hanya bercak-bercak saja. Karenanya, apabila anak diare, orang tua perlu mencermati kemungkinan adanya darah dalam feses, selain frekuensi dan bentuk fesesnya. Darah tidak selalu dapat ditemukan pada feses anak yang mengalami disenteri, karenanya setiap buang air besar, feses perlu diamati warnanya.

Diare dengan demam tinggi


Demam tinggi juga dapat menjadi pertanda adanya diare karena infeksi bakterial yang memerlukan antibiotika. Demam yang tidak tinggi dan tidak adanya darah dalam feses biasanya menunjukkan, bahwa diare tidak disebabkan oleh bakteri dan tidak memerlukan antibiotika. Namun demikian, seperti dijelaskan di depan, masih ada ancaman bahaya lain pada setiap anak diare, yakni dehidrasi. Jadi pencegahan dehidrasi atau mengatasi dehidrasi harus menjadi perhatian pada setiap anak dengan keluhan diare.

Bagaimana Dokter Menentukan Derajad Dehidrasi ?
Ada beberapa cara menentukanderajad dehidrasi, di antaranya adalah :

1. Memerhitungkan kehilangan berat badan. Cara ini sulit dilakukan, karena berat badan anak sebelum sakit belum tentu diketahui
2. Skor Maurice King
3. Menurut MTBS dan WHO

Menurut MTBS dan WHO, 4 tanda dehidrasi yang perlu diperiksa adalah : keadaan umum (letargi, tidak merespons minuman, gelisah atau baik) ; rasa haus (tak merespons minuman, lahap atau biasa), elastisitas kulit (cubitan kulit perut kembali sangat lambat, lambat atau normal) dan mata cekung (ada atau tidak). Dengan panduan MTBS dan dengan kerja sama dengan keluarga pasien, dokter atau paramedis dapat menentukan derajad dehidrasi anak.. Gambar 4 dan 5 menngambarkan bagaimana pemeriksaan elastisitas kulit dan mata cekung.

Gambar 4. Pemeriksaan elastisitas kulit

Gambar 5. Mata Cekung


Pengobatan diare yang benar

Pencegahan dehidrasi atau mengatasi dehidrasi yangt sudah terjadi adalah pengobatan yang terbaik untuk anak yang menderita diare. Anak perlu minum lebih banyak daripada biasanya. Pemberian ASI harus dilanjutkan. Oralit atau cairan elektrolit lain diberikan sesuai dengan status dehidrasi anak. Eloknya, ternyata secara fisiologis pemberian oralit juga akan membantu mempercepat berhentinya diare. Pemberian makanan juga dilanjutkan. Antibiotika hanya diberikan jika diare disebabkan oleh bakteri seperti telah dibicarakan di depan. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat justru dapat memacu atau memperberat diare. Penelitian mengenai hal ini banyak dilakukan para ahli. Bila berminat, silakan membaca artikel yang bertopik "diare akibat penggunaan antibiotika" atau menggunakan kata kunci "antibiotic-associated diarrhea" jika akan menelusuri artikel ilmiah yang tersebar di berbagai sumber di dunia internet.

Perlukah obat anti diare diberikan?

Diare pada anak tidak memerlukan obat-obat anti diare. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa obat anti diare tidak bermanfaat untuk diare pada anak, bahkan justru dapat menyebabkan munculnya ancaman bahaya baru pada anak. Bahaya yang dapat terjadi akibat pemberian obat anti diare adalah usus yang berhenti bekerja atau mengalami intususepsi, yakni adanya bagian usus yang masuk dan terjepit bagian usus di bawahnya. Intususepsi pada beberapa kasus dapat membaik secara spontan, atau membaik dengan pemeriksaan radiologi yang sekaligus menjadi terapi. Sayangnya, pada sebagian kasus yang lain, intususepsi hanya dapat diterapi dengan operasi. Karenanya, pemberian antidiare saat ini tidak direkomendasikan, baik obat antidiare yang dimaksudkan untuk segera menghentikan diare dengan cara mengurangi gerakan usus atau dengan meningkatkan penyerapan cairan usus.

Obat-obat baru untuk diare

Zink merupakan obat yang relatif baru dalam pengobatan diare. Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa pemberian zink bermanfaat dalam pengobatan diare karena membantu mempercepat berhentinya diare secara tidak langsung melalui perbaikan kondisi usus. Zink juga perlu diberikan pada anak diare karena selama diare anak juga kehilangan zink bersama dengan hilangnya cairan dan elektrolit akibat keluarnya feses yang berlebihan, padahal telah diketahui sebelumnya, bahwa zink sangat bermanfaat untuk sistem imunitas tubuh dan sangat berperan dalam tumbuh kembang anak. Jadi suplementasi zink sekarang harus diberikan pada anak yang mengalami diare, baik diare karena virus maupun diare bakterial, baik diarenya akut maupun kronik. Berita baiknya, sediaan zink tidak termasuk obat mahal. Zink tersedia dalam sediaan tablet yang mudah hancur jika d imasukkan ke dalam satu sendok air. Umumnya anak berusia satu tahun ke atas akan mendapat zink 20 mg setiap hari selama 10 hari untuk memperbaiki diarenya, mencegah berulangnya diare dalam tiga bulan ke depan dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak.Pemberian zink telah direkomendasikan Departemen Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan organisasi kesehatan sedunia (WHO).

Probiotik juga merupakan konsep pengobatan yang relatif baru. Sayangnya obat ini tergolong mahal, sehingga walaupun sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat pemberian probiotik, obat ini belum masuk dalam rekomendasi resmi WHO. Probiotik dapat diberikan pada anak yang menderita diare bersama-sama dengan pemberian zink dan cairan elektrolit. Anak yang menderita diare yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika yang tidak tepat sangat baik jika mrendapat tambahan terapi dengan probiotik ini. Dalam hal ini probiotik yang dimaksud adalah probiotik yang dikemas dengan cara khusus dengan dosis atau kandungan kuman dalam jumlah tertentu, jadi bukan dalam bentuk minuman sehat atau susu.

Pencegahan Diare

Tujuh upaya yang telah terbukti efektif mencegah diare adalah :

1. Pemberian ASI

2. Memperbaiki makanan sapihan

3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak

4. Kebiasaan mencuci tangan

5. Menggunakan jamban keluarga

6. Cara membuang tinja yang baik dan benar (termasuk tinja bayi)

7. Imunisasi campak (1-7% diare berhubungan dengan campak, diare yang terjadi pada anak dengan campak lebih sulit diobati dan cenderung lebih lama dan lebih berat)

Beberapa Mitos dan Praktek Masyarakat yang Perlu Dikoreksi
1. Diare adalah tanda bayi atau anak akan mendapatkan peningkatan kepandaian
Diare adalah gejala adanya infeksi atau intoleransi terhadap makanan tertentu.
Faktor penyebabnya harus ditentukan, agar dapat ditentukan tindakan yang
bijaksana.
2. Diare adalah penyakit umum, jadi tidak berbahaya
Diare dengan dehidrasi berat mengancam jiwa anak dan menjadi salah satu
penyebab kematian bayi/anak
3. Pemberian antibiotika pada setiap anak diare
Kebanyakan diare tidak disebabkan oleh bakteri, sehingga pemberian antibiotika
tidak selalu merupakan tindakan yang bijaksana. Kerap kali orang tua menunjukkan
ketidakpuasannya jika dokter tidak memberikan antibiotika. Antibiotika bahkanjika
dapat memperlama kesembuhan diare.
4. Pemberian obat anti diare pada anak
Obat anti diare yang dimaksudkan untuk segera menghentikan diare tidak
direkomendasikan karena sebagian terbukti tidak bermanfaat dan sebagian yanglain
justru membahayakan.
5. Penghentian pemberian susu atau makanan pada anak diare
Penghentian makanan atau susu hanya dilakukan pada anak dengan dehidrasi berat
selama resusitasi cairan dan makanan segera diberikan secara bertahap setelah
anak terehidrasi. Bila tidak ada dehidrasi berat, makanan harus tetap diberikan, kecuali jika diare berhubungan dengan penggantian susu atau pemberian makanan tertentu.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

bagi semua yang sudah membaca,harap memberi komentar apa adanya,demi menambah motivasi agar bisa menampilkan artikel yang lebih bermanfaat lagi...

 
Nama_Blog_Anda is proudly powered by Blogger.com | @CopyRight 2008