@Hutan Indonesia Kembali Masuk Guinness Book of world Record

Tampil di Guinness Book of World Records bukan melulu membanggakan. Contohnya hutan Indonesia yang mengalami laju tingkat kerusakan tercepat di dunia.

gambar:Hutan Yang Kini Berganti Rupa Menjadi Lahan Pertanian

Indonesia kembali masuk dalam daftar Guinness Book of World Records sebagai negara dengan tingkat deforestasi tercepat di dunia, dengan tingkat kehilangan lahan hutan sekitar setara 300 kali lapangan sepak bola setiap jamnya. Namun hal itu dibantah oleh pemerintah Indonesia yang menyebutkan bahwa data yang digunakan merupakan data lama kehutanan di Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia juga tertera dalam Guinness World Records dengan tingkat kehilangan areal hutan mencapai 2 persen atau 1,8 juta hektar per tahunnya, antara tahun 2000-2005. Pencatatan kala itu berdasarkan laporan dari organisasi pemerhati lingkungan hidup Greenpeace.

Saat ini Greenpeace masih melakukan penelitian baru mengenai degradasi hutan di Indonesia. Menurut Bustar Maitar dari Greenpeace, meski pemerintah sibuk membantah, secara umum kondisi kerusakan hutan di Indonesia masih memprihatinkan. Apalagi dengan adanya pelebaran areal lahan kelapa sawit di Indonesia.

“Secara keseluruhan kondisi hutan di Indonesia berada dalam situasi yang sangat terancam. Yang paling banyak direncanakan adalah perkebunan kelapa sawit. Ada dua puluh juta lebih hektar lahan kelapa sawit yang direncanakan. Belum semuanya dibuka. Namun ini berpotensi untuk membuka lahan hutan besar-besaran di Indonesia. Ekspansi atau perluasan kebun kelapa sawit masih terjadi. Kondisi ini menurut Greenpeace akan tetap sama, sampai pemerintah menerapkan penghentian penebangan hutan di Indonesia. Situasinya tak banyak berbeda.“

Antara tahun 1987-1997 departemen kehutanan menyatakan tingkat laju deforestasi 1,8 juta hektar per tahunnya. Kemudian melonjak menjadi 2,8 juta hektar. Namun menurut pemerintah laju deforestasi antara 2000-2006 adalah 1,08 juta hektar per tahunnya.

Bagi Greenpeace bukan soal perbedaan angka kerusakan hutan yang harus menjadi perdebatan, melainkan kemauan yang besar untuk menekan laju kerusakan hutan di Indonesia.

„Itu yang kita gunakan sebenarnya data FAO. Kenapa kita menggunakan data FAO, karena bila kita ingin membandingkan dengan negara-negara lain kita harus memakai metodologi yang sama, FAO menggunakan metodologi yang sama. Di tahun 2007 sebenarnya saat kami memasukkan data itu, itu sebenarnya data yang dipublikasikan pemerintah lebih besar. Kami malah lebih rendah dibanding data yang dikeluarkan Departemen Kehutanan. Kini pemerintah mengklaim tingkat percepatan deforestasi 1,1 juta hektar. Berapa pun angkanya, ini berpotensi manjadi lebih besar bila hutan tak dikelola dengan baik. Kita tahu sendiri besarnya permintaan minyak kelapa sawit dunia semakin hari semakin tinggi. Ancaman terhadap deforestasi di Indonesia sangat tinggi, bila pemerintah tak melakukan moratorium untuk konversi hutan di Indonesia serta memperbaiki kebijakan yang ada dan menghentikan penebangan hutan yang berakibat buruk, termasuk pada lahan gambut.”

Dalam laporan indeks lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh Universitas Yale, Indonesia menempati posisi yang cukup tinggi tingkat pencemaran udaranya, yang terutama diakibatkan oleh kerusakan hutan.

Selain di Sumatera dan Kalimantan, Greenpeace mencatat Papua merupakan wilayah yang juga kini terancam hutannya, dengan maraknya pembukaan lahan kelapa sawit. Kapal Greenpeace saat ini berlabuh di Papua untuk mengamati lebih seksama kondisi hutan di bumi cendrawasih tersebut.

Cukup miris melihat kenyataan masuk guinness book record karena kerusakan hutan...harus bangga ataukah prihatin???