TERNYATA infertilitas atau ketidaksuburan sebagai penyebab tertunda memiliki keturunan tidak boleh semata dialamatkan pada istri. Beberapa laporan menyatakan bahwa 10%--15% pasangan infertil dari populasi pasangan suami istri.
Dari kasus pasangan infertil, ternyata suami merupakan penyebab cukup besar, yaitu 30%--50%. Bahkan ditemukan 74% pada infertilitas primer dan 68% pada infertilitas sekunder.
Demikian data yang dicuplik dari pidato ilmiah Dr. Sutyarso, M. Biomed., yang disampaikan dalam acara Dies Natalis ke-43 Universitas Lampung, 23 September lalu. Sutyarso, dosen Fakultas Kedokteran tersebut, mengatakan belum berhasilnya kehamilan bukan hanya dibebankan kepada pihak wanita saja, karena faktor penyebab infertilitas dapat berasal dari suami atau keduanya secara bersama. Data yang diperoleh bahwa 30%--40% penyebab berasal dari kedua pihak, faktor pria saja sekitar 45%, sedangkan faktor istri saja mencapai 55%.
Pasangan infertil ialah pasangan yang dengan senggama teratur tanpa alat kontrasepsi selama satu tahun berturut-turut, belum juga menghasilkan kehamilan. Dari tahun ke tahun makin banyak laporan adanya pasangan suami istri infertil. Diperkirakan tiap tahun bertambah 2 juta pasangan infertil. Inferilitas dapat menyebabkan penderitaan dan ketidakharmonisan kehidupan berkeluarga.
Terapi infertilitas pada pria dapat berdasarkan pada 3 kelompok gangguan, yaitu gangguan produksi spermatozoa yang dimanifestasikan oleh adanya perubahan pada jumlah spermatozoa. Kedua, gangguan kualitas spermatozoa yang meliputi abnormalitas motilitas, morfologi, viskositas atau volume cairan semen. Ketiga, gangguan transportasi spermatozoa.
Ketiganya dapat berupa kelainan anatomis, misalnya varikokel, kriptorkismus, obstruksi saluran pengeluaran mislanya peradangan TBC, gonore, iatrogenik misalnya pascaoperasi hernia, genetik misalnya sindrom klinefelter, destruksi sel epitel germinal misal pemakaian petisida tertentu, peningkatan temperatur skrotum akibat mandi air panas, imunologi atau adanya antibodi spermatozoa, gangguan ejakulasi misal ejakulasi retrograde. Penggunaan mariyuana yang dapat menurunkan level hormon testosteron dan menyebabkan abnormalitas spermatogenis atau motilitas, morfologi dan jumlah spermatozoa, infeksi akut yang ditandai dengan adanya leukosit di dalam semen atau akibat efek samping pemakaian obat.
Selain itu beberapa faktor penyebab infertilitas pada pria yang dapat memengaruhi kesuburan di kemudian hari, antara lain dapat disebabkan oleh kelainan testis, undescended testis atau cryptochidism, hernia inguinalis, hidrokel, peradangan testis, mikrotestis bilateral dan unilateral.
Kelainan yang berhubungan dengan testis lambat laun akan memengaruhi kualitas testis itu sendiri yang akhirnya akan memengaruhi produksi spermatozoa. Melihat kompleks dan panjangnya proses serta lama pembentukan spermatoza yang matang maka berbagai kelainan sebenarnya mudah terjadi.
Telah lama diketahui bahwa peranan testis dalam proses reproduksi sangat penting bagi seorang pria. Penggolongan tingkat perkembangan sel-sel spermatogenik merupakan masalah fungsi testis sebagai penghasil spermatozoa. Konsistensi atau tidaknya kelangsungan proses spermatogenesis akan sangat berpengaruh terhadap kesuburan pria.
Testis juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin, mengundang banyak masalah terutama mengenai infertilitas pada pria, yaitu yang kaitannya dengan reproduksi spermatozoa atau fungsi kelenjar asesoris yang merupakan elemen dari sistem reproduksi pria. Seperti diketahui, kelangsungan spermatogenesis maupun fungsi organ reproduksi lainnya, dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh hormon gonadotropin maupun hormon yang diproduksi oleh testis itu sendiri.
Pemeriksaan suami, di antaranya meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tambahan. Riwayat penyakit suami antara lain riwayat fungsi testis serta kelemahannya, frekuensi cukur janggut, frekuensi ereksi pagi spontan, penurunan libido, gangguan penciuman dan sindroma Kallmann (definisi testosteron). Pemeriksaan juga dilakukan terhadap suara, rambut, saraf olfaktorius, dada, testis dan organ sekitarnya. Pemeriksaan laboratorium meliputi analisis semen (pemeriksaan komposisi air mani), pemeriksaan tambahan lain sesuai keperluan yaitu pemeriksaan endokrin, ultrasonografi (USG), biopsi testis, sitogenetik, dan uji fungsi spermatozoa.
Sejumlah kasus infertilitas pria dapat diperbaiki dengan terapi medis (obat) atau tindakan bedah, tetapi ada yang tidak dapat diobati dengan kedua cara tersebut. Mereka membutuhkan teknologi reproduksi berbantuan (assisted reproductive technology--ART) dari yang sederhana, yaitu inseminasi buatan hingga yang lanjut (intra cytoplasmic sperm injection--ICSI).
Terapi yang rasional untuk infertilitas pria membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang biologi spermatogenesis, anatomi, dan faal sistem reproduksi pria dan pengaturan hormon yang berperan dalam proses spermatogenesis. Terapi infertilitas pria berdasarkan 3 kelompok kelainan yang ditemukan berdasarkan atas hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium khususnya hasil analisis semen.
kebanyakan dalam rumah tangga,selalu istri yang jadi kambing hitam penyebab tidak punya momongan,semoga dengan thread ini bisa menjawab semua asumsi bahwa istrilah penyebab utama tidak punya momongan..semoga bermanfaat....
Sabtu, 04 Oktober 2008
@KemanduLan 30%-50% terjadi pada suami
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
klik www.udara.co.nr
supaya ngak mandulll
Posting Komentar
bagi semua yang sudah membaca,harap memberi komentar apa adanya,demi menambah motivasi agar bisa menampilkan artikel yang lebih bermanfaat lagi...